TUGAS
MATA KULIAH
LOKASI
DAN POLA RUANG (TKP159P)
(REVIEW
LITERATUR)
Dosen Pengampu:
Pangi, ST. MT
Sri Rahayu, S.Si., M.Si
Dra. Bitta Pigawati, MT
TEORI TEMPAT PUSAT
(Pertemuan 7)
Disusun oleh:
NUR FITRI KHOIRUNNISA
21040111060042
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2012
Walter
Christaller (1933) dengan model tempat sentral (central lace model) mengemukakan bahwa tanah yang positif adalah
tanah yang mendukung pusat kota. Tempat sentral merupakan pusat kota yang
memiliki tingkat aktivitas yang tinggi. Berdasarkan prinsip aglomerasi (scale economic atau ekonomi skala
menuju efisiensi atau kedekatan menuju sesuatu), ekonomi kota besar menjadi
pusat daerahnya sendiri dan pusat kegiatan yang lebih kecil. Sehingga dapat
diartikan bahwa kota kecil bergantung pada tersedianya dan adanya kegiatan yang
ada pada kota besar.
Christaller
mengembangkan model tempat pusat untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
-
Wilayahnya adalah dataran tanpa roman,
semua wilayah datar dan sama
-
Gerakan dapat dilaksanakan ke segala
arah (isotropis surface)
-
Penduduk memiliki daya beli yang sama
dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah
-
Konsumen bertindak rasional sesuai
dengan prinsip minimalisasi jarak/biaya
Asumsi-asumsi
yang digunakan oleh Christaller dalam penyusunan teori tempat pusatnya yaitu
sebagai berikut:
-
Konsumen menanggung ongkos angkutan, maka
jarak ke tempat pusat dinyatakan dalam biaya dan waktu
-
Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam
biaya dan waktu
-
Konsumen memilih tempat pusat yang
paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa
-
Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat
bagi wilayah sekitarnya
-
Wilayah memiliki ciri-ciri ekonomis sama
dan penduduknya juga tersebar secara merata.
Menurut
teori Christaller, tempat sentral secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
-
Tempat sentral yang berhierarki 3 (K=3)
merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan
barang-barang bagi daerah sekitarnya atau disebut juga kasus pasar optimal
-
Tempat sentral yang berhierarki 4 (K=4)
merupakan situasi lalu lintas optimum. Sehingga, daerah tersebut dan daerah
sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan
kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien
-
Tempat sentral yang berhierarki 7 (K=7)
merupakan situasi administratif yang optimum. Sehingga tempat sentral ini
mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya
Pusat-pusat
pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagonal
(segi enam). Keadaan tersebut akan terlihat jelas di wilayah yang mempunyai dua
syarat, yaitu:
-
Topografi yang seragam sehingga tidak
ada bagian wilayah yang medapat pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur
pengangkutan
-
Kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak
memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu atau
batu bara
Gambaran
model Christaller yang menggunakan prinsip heksagonal yaitu sebagai berikut:
Pada gambar A, mula-mula terbentuk area
pelayanan yang berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran mempunyai pusat dan
menggambarkan threshold. Lingkaran-lingkaran
pada gambar A tidak tumpang tindih. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran
berupa range dari pelayanan tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih
seperti pada gambar B. Setelah itu, dari gambar C dapat diketahui bahwa range
yang tumpang tindih tersebut dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga
terbentuk areal heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang tidak lagi
tumpang tindih. Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memiliki heksagonal
sendiri-sendiri. Dengan menggunakan k=3 maka pelayananorde i lebr heksagonalnya
adalah 3 kali heksagonal pelayanan orde II. Pelayanan orde II lebar
heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal orde III dan seterusnya. Tiap heksagonal
memiliki pusat yang besar kecilnya sesuai dengan besarnya heksagonal tersebut.
Heksagonal yang sama besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi
antaraheksagonal yang tidak sama besarnya maka akan terjadi tumpang tindih
seperti yang dapat dilihat pada gambar D.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat diketahui bahwa teori tempat pusat Christaller
menjelaskan mengenai susunan dari besaran kota, jumlah kota dan distribusinya
di dalam satu wilayah. Model Christaller menggambarkan area pusat-pusat
kegiatan jasa pelayanan yang cenderung tersebar di dalam wilayah dan membentuk
pola heksagonal. Dimana persebaran tersebut dapat memberikan keuntungan
optimalpada kegiatan tersebut. Tempat-tempat pusat merupakan tempat yang
menyediakan barang dan jasa bagi penduduk daerah.
Elemen-elemen
tempat pusat yaitu jangkauan (range),
threshold dan fungsi sentral. Ketiga elemen tersebut mempengaruhi
terbentuknya tempat pusat dan luasan pasar baik pelayanan barang maupun jasa
pada suatu wilayah. Teori tempat pusat merupakan teori mengenai hubungan
fungsional antara satu tempat pusat dan wilayah di sekelilingnya. Christaller
tidak mendasar pada jangkauan wilayah pasar dan memiliki hierarki-hierarki
dalam pola heksagonal. Luas wilayah pasar juga tidak tergantung pada barang
yang diproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Abiyoso. Putra. 2012. “Teori Tempat Pusat
Christaller”, dalam http://putraabiyoso.blogspot.com.
Diunduh 08 Oktober 2012
Aulia. 2011. “Teori Tempat Pusat Christaller”, dalam
http://aulianismanis.blogspot.com.
Diunduh 08 Oktober 2012
Muawanah, Annisa. 2012. “Teori Tempat Pusat- Teori
Christaller”, dalam http://annisamuawanah.blogspot.com.
Diunduh pada 08 Oktober 2012