Kamis, 18 Oktober 2012

TEORI TEMPAT PUSAT "CHRISTALLER"


TUGAS MATA KULIAH
LOKASI DAN POLA RUANG (TKP159P)
(REVIEW LITERATUR)
Dosen Pengampu:
Pangi, ST. MT
Sri Rahayu, S.Si., M.Si
Dra. Bitta Pigawati, MT

TEORI TEMPAT PUSAT
(Pertemuan 7)



Disusun oleh:
NUR FITRI KHOIRUNNISA
21040111060042




PROGRAM STUDI DIPLOMA III
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012



            Walter Christaller (1933) dengan model tempat sentral (central lace model) mengemukakan bahwa tanah yang positif adalah tanah yang mendukung pusat kota. Tempat sentral merupakan pusat kota yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi. Berdasarkan prinsip aglomerasi (scale economic atau ekonomi skala menuju efisiensi atau kedekatan menuju sesuatu), ekonomi kota besar menjadi pusat daerahnya sendiri dan pusat kegiatan yang lebih kecil. Sehingga dapat diartikan bahwa kota kecil bergantung pada tersedianya dan adanya kegiatan yang ada pada kota besar.
            Christaller mengembangkan model tempat pusat untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri sebagai berikut:
-          Wilayahnya adalah dataran tanpa roman, semua wilayah datar dan sama
-          Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropis surface)
-          Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah
-          Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimalisasi jarak/biaya
Asumsi-asumsi yang digunakan oleh Christaller dalam penyusunan teori tempat pusatnya yaitu sebagai berikut:
-          Konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat dinyatakan dalam biaya dan waktu
-          Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu
-          Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa
-          Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah sekitarnya
-          Wilayah memiliki ciri-ciri ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata.
Menurut teori Christaller, tempat sentral secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
-          Tempat sentral yang berhierarki 3 (K=3) merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya atau disebut juga kasus pasar optimal
-          Tempat sentral yang berhierarki 4 (K=4) merupakan situasi lalu lintas optimum. Sehingga, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien
-          Tempat sentral yang berhierarki 7 (K=7) merupakan situasi administratif yang optimum. Sehingga tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya
Pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagonal (segi enam). Keadaan tersebut akan terlihat jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat, yaitu:
-          Topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang medapat pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan
-          Kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu atau batu bara
Gambaran model Christaller yang menggunakan prinsip heksagonal yaitu sebagai berikut:

Pada gambar A, mula-mula terbentuk area pelayanan yang berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran mempunyai pusat dan menggambarkan threshold. Lingkaran-lingkaran pada gambar A tidak tumpang tindih. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari pelayanan tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih seperti pada gambar B. Setelah itu, dari gambar C dapat diketahui bahwa range yang tumpang tindih tersebut dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang tidak lagi tumpang tindih. Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memiliki heksagonal sendiri-sendiri. Dengan menggunakan k=3 maka pelayananorde i lebr heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal pelayanan orde II. Pelayanan orde II lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal orde III dan seterusnya. Tiap heksagonal memiliki pusat yang besar kecilnya sesuai dengan besarnya heksagonal tersebut. Heksagonal yang sama besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi antaraheksagonal yang tidak sama besarnya maka akan terjadi tumpang tindih seperti yang dapat dilihat pada gambar D.
            Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa teori tempat pusat Christaller menjelaskan mengenai susunan dari besaran kota, jumlah kota dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller menggambarkan area pusat-pusat kegiatan jasa pelayanan yang cenderung tersebar di dalam wilayah dan membentuk pola heksagonal. Dimana persebaran tersebut dapat memberikan keuntungan optimalpada kegiatan tersebut. Tempat-tempat pusat merupakan tempat yang menyediakan barang dan jasa bagi penduduk daerah.
            Elemen-elemen tempat pusat yaitu jangkauan (range), threshold dan fungsi sentral. Ketiga elemen tersebut mempengaruhi terbentuknya tempat pusat dan luasan pasar baik pelayanan barang maupun jasa pada suatu wilayah. Teori tempat pusat merupakan teori mengenai hubungan fungsional antara satu tempat pusat dan wilayah di sekelilingnya. Christaller tidak mendasar pada jangkauan wilayah pasar dan memiliki hierarki-hierarki dalam pola heksagonal. Luas wilayah pasar juga tidak tergantung pada barang yang diproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Abiyoso. Putra. 2012. “Teori Tempat Pusat Christaller”, dalam http://putraabiyoso.blogspot.com. Diunduh 08 Oktober 2012
Aulia. 2011. “Teori Tempat Pusat Christaller”, dalam http://aulianismanis.blogspot.com. Diunduh 08 Oktober 2012
Muawanah, Annisa. 2012. “Teori Tempat Pusat- Teori Christaller”, dalam http://annisamuawanah.blogspot.com. Diunduh pada 08 Oktober 2012

           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar