Rabu, 17 Oktober 2012

ANALISIS LOKASI KEGIATAN ECERAN


TUGAS MATA KULIAH
LOKASI DAN POLA RUANG (TKP159P)
(REVIEW LITERATUR)
Dosen Pengampu:
Pangi, ST. MT
Sri Rahayu, S.Si., M.Si
Dra. Bitta Pigawati, MT

ANALISIS LOKASI KEGIATAN ECERAN
(Pertemuan 6)




Disusun oleh:
NUR FITRI KHOIRUNNISA
21040111060042



PROGRAM STUDI DIPLOMA III
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012





            Jenis industri eceran atau industri dalam skala kecil terus berkembang pesat di negara Indonesia. Permintaan masyarakat terus berkembang dan perkembangan ini dapat dibuktikan dengan banyaknya tingkat jual beli barang dan atau jasa dengan sistem eceran atau retail. Menurut Risch, retail adalah penjualan sejumlah kecil dari komoditas kepada konsumen. Retail dalam bahasa Perancis “Retailer” yang berarti memotong menjadi kecil-kecil. Sedangkan menurut Gilbert, Retail adalah semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi.
            Yang dimaksud dengan Retailing adalah semua aktivitas yang mengikutsertakan pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan. Sedangkan pengertian dari retailer adalah semua organisasi bisnis yang memperoleh lebih dari setengah hasil penjualannya dari retailing. Retail atau eceran merupakan semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang dan atau jasa secara langsung kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan pribadi konsumen itu sendiri bukan untuk dijual kembali demi bisnis. Strategi yang dibutuhkan dalam suatu organisasi yang meliputi corporate strategy dan bussiness strategy serta tahapan terakhir yang harus dilewati yaitu functional strategy.
            Corporate strategy merupakan penentuan target pasar dan melihat kondisi lingkungan di sekitar target pasar tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan yang dimaksud dengan bussiness strategy merupakan cara bersaing dengan bisnis lain dengan cara menentukan sifat barang dan jasa yang ditawarkan dengan kualias dan harga yang terjangkau di pasar serta barang dan jas ayang ditawarkan sesuai dengan selera pasar. Tahapan terakhir yaitu functional strategy merupakan cara terbaik untuk memenuhi target dan cara untuk memperoleh keuntungan jangka panjang dari para pesaingnya agar bisnis yang dijalankan tidak mengalami kerugian dan kehancuran.
            Retail merupakan kegiatan yang memiliki beberapa klasifikasi. Salah satu contoh retail yang diklasifikasikan sesuai dengan aktivitas penjualan barang. Menurut Pintel dan Diamond (1971) retail dapat diklasifikasikan dalam:

1.      Retail Kecil
Bisnis retail kecil dapat digambarkan dengan retailer yang berpenghasilan di bawah $500 per tahun. Dimana pemilik retail pada umumnya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh penjualan dan manajemen yang ada di bisnis retail tersebut. Kebanyakan pemilik toko pada bisnis retail kecil ini merupakan bisnis yang dimiliki oleh individu (individual proprietorship). Oleh karena itu, bisnis retail kecil tersebut berada di bawah tanggung jawab pemilik retail tersebut sendiri.
2.      Retail Besar
Bisnis retail besar merupakan bisnis yang banyak dikuasai oleh organisasi-organisasi besar. Dimana organisasi tersebut terdiri dari beberapa individu atau beberapa organisasi yang bekerjasama untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita dari retail tersebut. Organisai-organisasi besar yang bekerjasama dalam sebuah retail yaitu meliputi Department Store-Chain Organization (organisasi berantai), supermarket, Catalog Store, Warehouse, outlet dan online store (toko online).
            Area pemilihan lokasi perdagangan retail meliputi:
1.      Kondisi eksisting dan keadaan wilayah pasar retail yang ada. Menentukan pasar yang cocok bagi retail atau seleksi pasar. Dalam skala internasional hal ini merupakan salah satu corporate strategy. Menentukan keuntungan relatif yang ada pada lokasi tersebut terkait dengan logistik dan kesempatan bisnis.
2.      Memaksimalkan pelayanan terhadap pasar dengan membuka outlet yang dibutuhkan. Hal ini menyangkut hubungan jarak dengan ekonomi skala regional atau internasional untuk menghemat biaya transportasi, cara untuk mempertahankan dan mengembangkan bisnis untuk memenuhi target pasar.
3.      Menentukan tipe lokasi perdagangan yang memungkinkan untuk tumbuh dan tipe lokasi yang kurang diminati. Dimana hasil dari penentuan ini dapat dijadikan sebagai analisis untuk membangun lokasi usaha.
4.      Menentukan barang yang dipasarkan di setiap outlet baik multi produk dan dapat memenuhi segmentasi pasar. Selain itu, barang yang akan di pasarkan juga harus sesuai dengan selera pasaran agar dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Posisi pasar saat ini perlu pertimbangan dari banyak segi. Pertimbangan dalam membangun suatu retail yaitu bentuk pasarnya itu sendiri, penempatan-penempatan outlet untuk membagi pasar pada skala ekonomi.  Penempatan outlet ditentukan dengan asumsi bentuk pasar monopolistik atau oligopolistik serta penentuan lokasi pasar dan cara distribusi pasarnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa retail merupakan suatu kegiatan eceran yang menyediakan dan menjual barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, muncul suatu kegiatan guna memenuhi kebutuhan pokok konsumen. Selain itu, diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan lokasi kegiatan retail untuk melihat kebutuhan, posisi atau letak pasar , bentuk pasar, persaingan pasar serta jangkauan pemasaran. Semua pertimbangan terseebut berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan suatu bisnis retail.

DAFTAR PUSTAKA

-. 2010. “Ilmu Retail”, dalam http://ilmuretail.com. Diunduh 02 Oktober 2012
Ilyas, Susanti. 2011. “Analisis Kegiatan Eceran”, dalam http://scribd.com. Diunduh 02 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar